ESP8266 vs ESP32 Panduan Memilih Modul IoT Terbaik untuk Proyek Anda
- Atista Dwi zahra
- 14 minutes ago
- 3 min read

Ketika pertama kali saya memulai proyek IoT untuk sistem monitoring suhu rumah kaca, saya sempat bingung harus pilih yang mana ESP8266 atau ESP32? Keduanya terlihat mirip, harganya juga tidak beda jauh. Tapi setelah mencoba keduanya dalam beberapa proyek, saya akhirnya paham bahwa pilihan antara kedua modul ini sebenarnya tergantung pada apa yang benar-benar kita butuhkan. semua punya keunggulan dan tergantung dengan yang kita butuhkan.
Kenalan Dulu dengan Kedua Modul Ini
ESP8266 pertama kali dirilis oleh Espressif pada Agustus 2014, awalnya hanya sebagai Wi-Fi bridge untuk mikrokontroler lain agar bisa terhubung ke Internet. Siapa sangka modul yang sederhana ini kemudian berkembang pesat dan menjadi favorit maker di seluruh dunia. Baru kemudian pada 2016, Espressif meluncurkan ESP32 sebagai penerusnya dengan berbagai peningkatan signifikan Yang menarik, ESP32 hadir dengan prosesor dual-core Tensilica LX6 yang berjalan hingga 240 MHz, memori RAM 520 KB, dan dukungan Bluetooth Classic serta Bluetooth Low Energy (BLE). Sementara ESP8266 tetap dengan prosesor single-core 80 MHz yang lebih sederhana.
Perbandingan ESP8266 vs ESP32: Adu Spesifikasi
Kalau kita bicara angka dan spesifikasi teknis, memang ESP32 jelas unggul. ESP8266 dilengkapi prosesor single-core Tensilica L106 80 MHz dengan RAM internal 80 KB, sedangkan ESP32 punya dual-core hingga 240 MHz dengan RAM 520 KB dan flash hingga 16 MB. Tapi apakah itu berarti ESP8266 sudah ketinggalan zaman? Belum tentu. Dalam hal konsumsi daya, ESP8266 memiliki nilai lebih baik saat mode kerja standar dengan sekitar 70-80 mA, sementara ESP32 mengonsumsi 150-240 mA dalam mode aktif.
Namun ceritanya berbalik saat masuk mode deep sleep ESP32 hanya butuh 5 μA dibanding 20 μA untuk ESP8266. Ini penting banget kalau proyekmu pakai baterai. Soal GPIO, ESP8266 menyediakan 17 pin GPIO sementara ESP32 punya hingga 36 pin. Buat proyek yang butuh banyak sensor atau aktuator, ESP32 jelas lebih fleksibel. Belum lagi ESP32 punya DAC (Digital-to-Analog Converter) dan sensor sentuh yang nggak ada di ESP8266.

Konektivitas dan Fitur Unggulan
Ini yang bikin perbedaan cukup mencolok. Keduanya memang sama-sama support Wi-Fi 802.11 b/g/n, tapi ESP32 punya keunggulan dengan dukungan Bluetooth Classic dan BLE yang membuat konektivitasnya jauh lebih fleksibel. Kalau proyekmu butuh komunikasi dengan smartphone atau smartwatch lewat Bluetooth, ya sudah jelas ESP32 pilihan satu-satunya. ESP32 juga dilengkapi fitur keamanan seperti cryptographic acceleration, flash encryption, dan secure boot yang menjadikannya platform lebih aman untuk membangun prototipe IoT. Di era yang semakin aware soal keamanan data, fitur-fitur ini bukan cuma bonus, tapi kebutuhan.
Soal Harga dan Ketersediaan
Nah, ini yang bikin banyak orang masih setia sama ESP8266. NodeMCU ESP8266 dibanderol sekitar Rp 60.500, sementara ESP32 dijual sekitar Rp 170.000. Memang selisihnya lumayan, tapi kalau dipikir-pikir, untuk fitur yang didapat, ESP32 sebetulnya worth it banget. Yang perlu dicatat, kedua modul ini sama-sama mudah didapat di pasaran Indonesia. Mulai dari toko online hingga toko elektronik lokal, stoknya biasanya selalu ada. Jadi soal ketersediaan, keduanya sama-sama oke.

Proyek Mana Yang Cocok untuk Modul ?
Dari pengalaman saya, ESP8266 sangat cocok untuk proyek-proyek sederhana yang fokus ke konektivitas Wi-Fi. Misalnya sensor suhu-kelembaban yang di kirim data ke cloud, kontrol lampu jarak jauh, atau monitoring konsumsi listrik rumah. ESP8266 cukup untuk aplikasi IoT sederhana yang tidak memerlukan banyak sumber daya, seperti sensor lingkungan atau perangkat rumah pintar dasar.
Sementara ESP32, saya pakai untuk proyek yang lebih kompleks. ESP32 mampu menangani tugas seperti pemrosesan audio, pengenalan suara, atau bahkan menjalankan sistem operasi real-time dengan dukungan Bluetooth dan prosesor dual-core. Contoh nyatanya, saya pernah bikin smart door lock dengan ESP32 yang pakai fingerprint sensor, RFID, dan notifikasi Bluetooth ke smartphone. Kalau pakai ESP8266, pasti kewalahan.
Memilih yang Tepat untuk Proyekmu
Jadi kesimpulannya gimana? Kalau proyek yang ingin dibangun hanya menggunakan konektivitas Wi-Fi, maka ESP8266 adalah pilihan yang baik dan menghemat budget. Sederhana, murah, dan efektif untuk kebutuhan dasar. Tapi kalau kamu butuh Bluetooth, processing power lebih tinggi, atau fitur-fitur advanced seperti DAC dan sensor sentuh, jangan ragu pilih ESP32. Dengan perkembangan teknologi yang semakin meningkat di 2025, ESP32 lebih mampu memenuhi kebutuhan aplikasi IoT yang semakin kompleks dengan prosesor dual-core, memori lebih besar, dan fitur manajemen daya canggih.
Buat saya pribadi, sekarang default-nya saya pilih ESP32 untuk proyek baru. Selisih harganya tidak terlalu signifikan, dan fleksibilitasnya jauh lebih tinggi. Tapi ESP8266 tetap saya simpan untuk proyek-proyek quick & simple yang tidak butuh banyak fitur. Keduanya punya tempat masing-masing. Yang paling penting, pahami dulu kebutuhan proyekmu. Jangan sampai pakai ESP32 cuma buat nyalain LED lewat Wi-Fi itu namanya overkill. Tapi juga jangan memaksakan ESP8266 untuk proyek yang butuh multitasking dan Bluetooth. Kenali kebutuhan, sesuaikan budget, dan pilih yang paling masuk akal. Semoga bermanfaat dan selamat berkarya!
PT. Karya Merapi Teknologi
Follow sosial media kami dan ambil bagian dalam berkarya untuk negeri!
Instagram: https://www.instagram.com/kmtek.indonesia/
Facebook: https://www.facebook.com/kmtech.id
LinkedIn: https://www.linkedin.com/company/kmtek
Sumber:


Comments